top of page

Selayang Pandang Konawe Utara

RINGKASAN GAMBARAN UMUM

 

Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu daerah tingkat dua kabupaten dan kota di provinsi Sulawesi tenggara. Konawe utara terletak di sebelah utara dari jazirah tenggara pulau Sulawesi di bagian selatan garis khatulistiwa. Kabupaten Konawe Utara dengan ibukota Wanggudu merupakan pemekaran dari Kabupaten Konawe, yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis Kabupaten Konawe Utara melintang dari Utara ke Selatan antara 02'97" dan 03'86" Lintang Selatan, membujur dari Barat ke Timur antara 121'49" dan 122'49" Bujur Timur.

 

Kabupaten ini, berbatasan dengan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dan Kecamatan Routa (Kabupaten Konawe) di sebelah Utara dan Timur; Kabupaten Konawe di sebelah Selatan dan Kabupaten Kolaka di sebelah Barat; dan mencakup perairan laut banda dan arafura yang merupakan jalur utama transportasi laut domestic. Letak yang strategis inilah yang menjadikan daerah ini sebagai jalur perdagangan nasional maupun internasional terutama komoditi hasil tambang berupa nikel.

 

Sarana transportasi menuju konawe utara cukup beragam dengan akses yang mudah dijangkau. Dari Jakarta ada sejumlah penerbangan menuju kendari ibukota provinsi Sulawesi tenggara yang kemudian melalui jalur darat sejauh 150 km ke utara Sulawesi tenggara hingga tiba di kota wanggudu ibukota konawe utara yang berjarak tempuh selama 3 jam. Kota wanggudu ini juga dapat dicapai melalui penerbangan dari Surabaya lewat Makassar menuju kendari atau melalui laut dari pelabuhan-pelabuhan laut di Indonesia serta melalui darat dari kota kota provinsi di Sulawesi dengan jalur trans Sulawesi.

 

Letak yang strategis inilah yang akan menjadikan daerah ini sebagai jalur akses ekonomi dari komuditas andalan Konawe Utara dan Sulawesi Tenggara.

Kabupaten ini memiliki luas daratan sekitar 500.339 ha atau 13,38% dari luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara serta luas perairan sekitar 11.960 km2 atau 10,87% dari luas perairan Sulawesi Tenggara, dengan garis pantai sepanjang 311,11 kilometer dan dipadati sekitar 67 ribu penduduk yang tersebar di 13 kecamatan dan 158 desa dan 11 kelurahan dengan Wanggudu sebagai ibukotanya.

 

Konawe utara adalah daerah di Sulawesi tenggara yang kaya akan sumber daya pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan tentu saja sumberdaya laut yang seakan tak ada habisnya. Wilayah geografisnya yang terletak dipesisir timur jazirah tenggara pulau Sulawesi dan pada bagian selatan khatulistiwa memiliki topografi permukaan tanah yang pada umumnya bergunung, bergelombang dan berbukit yang mengelilingi dataran rendah yang sangat potensial dengan ketinggian rata-rata berkisar 100 meter dari permukaan laut membuat kabupaten ini memiliki iklim tropis yang menghasilkan sumberdaya pertanian yang berkualitas tinggi.

 

Hasil pertanian yang berupa tanaman pangan yang tumbuh subur didaerah ini antara lain adalah padi yang tumbuh subur disawah maupun di ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, ubijalar dan masih banyak lagi yang semuanya tumbuh dengan berlimpah dan tersebar diseluruh wilayah konawe utara.

 

Di sektor perkebunan, Konawe Utara juga sebagai penunjang produksi komuditi kakao bagi Sulawesi tenggara, dimana provinsi ini terkenal sebagai penghasil kakao terbesar di Indonesia, bahkan perkebunan kakao tersebar pada lahan lebih dari 3000 hektar merupakan komuditas unggulan daerah ini yang terdapat hampir diseluruh kecamatan dan desa.

 

Kabupaten ini mampu menjadi pemasok produksi kakao Sulawesi tenggara pertahunnya sekaligus mengangkat popularitas Sulawesi tenggara yang dikenal sebagai daerah yang memiliki kebun kakao rakyat terluas di Indonesia. Peran kakao di konawe utara sangatlah penting bagi penunjang ekonomi masyarakat dan dunia usaha. Bahkan perkebunan kakao merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di kabupaten ini.

 

Konawe utara merupakan penghasil kelapa sawit, kelapa, cengkeh, jambu mete yang juga dikenal berkualitas tinggi. Di kabupaten ini terdapat 4 perusahaan berinvestasi di sektor perkebunan kelapa sawit dengan izin pemanfaatan lahan berkisar 52 ribu hektar, diantaranya, PTPN XIV dengan luas lahan sekitar 20 ribu hektar, PT. DAMAI JAYA LESTARI (DJL) dengan luas lahan 16 ribu hektar dan PT. SULTRA PRIMALESTARI (SPL) 8 ribu hektar.

 

Konawe Utara mempunyai potensi besar dibidang perhutanan, lebih dari 385 ribu hektar wilayah ini merupakan kawasan hutan. Menurut fungsinya kawasan hutan dikabupaten ini terbagi menjadi 5 jenis hutan yaitu hutan produksi biasa, hutan produksi terbatas, hutan lindung, hutan wisata dan hutan produksi yang dapat di konfersi.

 

Saat ini pemerintah daerah sedang menata kembali fungsi kawasan hutan untuk mendorong adanya industry dan pengolahan. Semua upaya ini diharapkan dapat menciptakan peluang kerja dan membuka jalur investasi. Seluruh kehidupan budidaya laut didunia ada di Sulawesi tenggara termasuk di kabupaten konawe utara karena tempat ini merupakan transit perjalanan ikan dari belahan dunia barat dan timur.

 

Komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi di kabupaten ini antara lain, budi daya kakap dan ikan putih, kerapu, tiram, kerang dara, teripang , kerang mutiara dan abalone serta rumput laut. Perairan diwilayah ini dianggap strategis untuk budidaya rumput laut. Sat ini terdapat 5 lokasi untuk pengembangan rumput laut untuk pemasok bahan baku bagi industry rumput laut di Sulawesi tenggara. Sungguh sebuah potensi yang menjanjikan.

GENERAL DESCRIPTION OF THE REGION ​

North Konawe is one of the two level regions of Regencies and Municipalities in Southeast Sulawesi Province. North Konawe is located in the northern part of the Southeast Peninsula of Sulawesi Island, in the southern part of the equator. North Konawe with capital Wanggudu is a division of Konawe Regency, formed under Law No. 13 of 2007 on the Establishment of the Regency in Southeast Sulawesi. Geographically, North Konawe is in the way of North to South between 02O97’ and 03O86’ South Latitude, stretching from West to East between 121O49’ and 122O49’ East Longitude.

 

The Regency is abutted to Morowali Regency in Central Sulawesi Province and Routa District (Konawe Regency) in the North and East; Konawe Regency in the South and Kolaka Regency in the West and includes the waters of Banda and Arafura Seas which are the main route of domestic sea transports. The strategic location is what makes the region as national and international trade lanes especially for mining commodities such as nickel. The strategic location is also what will make the area as an economic access point of leading commodities of North Konawe and Southeast Sulawesi.

 

Transportation to North Konawe is quite diverse with easy access to reach. From Jakarta, there are a number of flights to Southeast Sulawesi Provincial Capital, Kendari, and then by land as far as 150 km to the northern part of Southeast Sulawesi to arrive to Wanggudu City, the capitals of North Konawe, of about 3 hours travel. Wanggudu City can also be reached by air from Surabaya via Makassar to Kendari or by sea from seaports in Indonesia as well as by road from the capital cities of Provinces across Sulawesi Island by land through Trans-Sulawesi Highway.

 

The strategic location is what will make the area as an economic access point of leading commodities of North Konawe and Southeast Sulawesi. The Regency has a land area of about 500,339 km2 or 13.38% of the total land area of Southeast Sulawesi and marine area of about 11,960 km2 or 10.87% of the total waters area of Southeast Sulawesi, with a coastline of 311.11 km and filled with about 67 thousand inhabitants spread over 13 districts, 158 villages and 11 sub-districts with Wanggudu as its capital.

 

North Konawe is an area in Southeast Sulawesi which is rich in agricultural, plantation, forestry, mining and marine resources certainly seemed endless. The geographical area which is located on the eastern seashore of Southeast Peninsula of Sulawesi Island and the southern part of the equator, has a land surface topography is generally mountainous, undulating and hilly surrounding potential lowland with an average altitude of around 100 meters above sea level, makes the Regency has a tropical climate which produces high quality agricultural resources.

 

Agricultural products with food crop that thrives in the area include paddy which is grown well both in wetland and dry land paddy fields, maize, soybeans, peanuts, mungbeans, cassava, sweet potatoes and many more, all of which grow in abundance and spread throughout the territory of North Konawe.

 

In the plantation sector, North Konawe is also as support productions of cocoa for Southeast Sulawesi, where the region is known as the largest cocoa producer in Indonesia, even the cocoa plantation spread out on area of more than 3,000 ha as the mainstay commodity in the regions which is found in nearly all the districts and villages.

 

The Regency is able to become the supplier of Southeast Sulawesi cocoa production annually, at the same time raise the popularity of Southeast Sulawesi, which is known as having the largest small holder cacao plantations in Indonesia. The role of cocoa in North Konawe is essential for society economic and business supports. Even cocoa plantation is the main largest work area in the Regency.

 

North Konawe is the producer of palm oil, coconut, cloves, cashew nuts which are also known having high quality. In the Regency there are four companies investing in the palm oil sector with the permission of land use of around 52,000 ha, such as, PTPN XIV with a land area of about 20,000 ha, PT. DAMAI JAYA LESTARI (DJL) with total area of 16,000 ha and PT. SULTRA PRIMALESTARI (SPL) with 8,000 ha.

 

North Konawe has a great potential in the field of forestry with more than 385,000 ha of the area are forest lands. According to the function of forest area in the Regency, it is divided into five types of forest such as regular production forest, limited production forest, conservation forest, travel and converted production forest.

 

Currently the government is re-arranging the function of forest to encourage industry and processing aims. All these efforts are expected to create job opportunities and open lines of investment. The whole life of marine aquaculture in the world is in Southeast Sulawesi, including North Konawe because this place is a trip transit of fish from the western and eastern parts of the world.

 

Fishery commodities which have high economic value in the Regency, among others, are aquaculture of snapper, sea bass, grouper, oysters, blood cockle, sea cucumber, pearl oysters, abalone and seaweed. Waters in the region are considered strategic for seaweed cultivation. At present, there are five locations for the cultivation of seaweed for raw material supplier of the seaweed industry in Southeast Sulawesi. It’s a promising potential.

bottom of page